AWAL tahun 1990an, perkembangan musik di Purwokerto bisa dibilang cukup baik dan dari pelaku musiknya sendiri hampir merata di semua lini, m...
AWAL tahun 1990an, perkembangan musik di Purwokerto bisa dibilang cukup baik dan dari pelaku musiknya sendiri hampir merata di semua lini, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga mereka pada masyarakat umum pada khususnya. Beberapa band bahkan sudah mulai dikenal dari panggung ke panggung.
Momen ‘ngeband’ memang sudah menjadi hal menarik bagi siapapun dan dari era kapanpun, bahkan keinginan membuat sebuah band bagi para remaja saat itu menjadi hal yang keren untuk dapat dilakukan. Tidak hanya di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan lainnya, bahkan Purwokerto yang merupakan kota kecil, second city, atau apapun orang menyebutnya dan ‘kota pensiunan’ kata beberapa orang pun cukup antusias untuk membuat band lalu dikenal, meski hanya di lingkup lokal.
Purwokerto pun menjadi salah satu kota yang beruntung, karena dengan adanya perguruan tinggi negeri bernama Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) ternyata menjadi salah satu pengaruh besar Purwokerto mendapat nilai lebih, karena mahasiswa yang datang dari berbagai daerah untuk menuntut ilmu disitu, mau tidak mau akhirnya membawa apa yang ada di kotanya berasal, tidak terkecuali tentang musik.
Multikultur yang ada di
Purwokerto karena perguruan tinggi negeri tersebut akhirnya membentuk kultur
baru bagi perkembangan musik di kota Satria. Pertemuan-pertemuan pada
mahasiswanya melebur jadi satu atas nama musik, dan setidaknya itulah yang juga
mempertemukan beberapa mahasiswa dari dua fakultas berbeda bernama Oky Asri
Sasmita, Latif Bimo Justisia, Pengki Pangaribuan, dan Yulian Agung dalam sebuah
band bernama Lodse.
Entah bagaimana ceritanya, tepatnya pada 1995 keempat mahasiswa lintas fakultas itu bisa satu visi misi yang akhirnya membentuk sebuah band, intinya diawal mereka bertemu hanya sebatas genjrang genjreng habiskan waktu diawal mereka baru masuk bangku perkuliahan.
Namanya mahasiswa baru dengan suasana baru, tentu saja masih senang akan
aktifitas tersebut yang seperti tadi disampaikan bahwa bisa memainkan gitar dan
alat musik lain itu keren.
Penamaan band sempat mengalami
kebingungan karena ingin yang spesial namun simple untuk dilafalkan, hingga akhirnya
sepakat memakai nama Lodse yang tentu saja bukan tanpa alasan, karena Oky Asri
Sasmita yang memang berasal dari kota gudeg Yogyakarta ingin mengabadikan
sesuatu yang khas dari daerahnya dengan istilah lain. Dari keinginan
tersebutlah dipilih sebuah Bahasa Walikan Jogja yang berarti 'Ngombe'
atau minum dalam Bahasa Indonesia.
Pertemuan keempat mahasiswa tersebut tidak lepas dari awal mereka masuk jenjang perkuliahan dimana kegiatan Latihan Dasar Kemiliteran (LDK) menjadi momen wajib bagi mereka. Nama 'kemiliteran' yang tersemat dibuat santai oleh mereka dengan beberapa aktifitas seperti bersenda gurau dan lain sebagainya yang akhirnya tersemat keinginan membuat band dengan nama Lodse.